BiografiPahlawan.com - Siapa yang tidak kenal dengan sosok Kartini, pahlawan perempuan Indonesia yang dikenal karena perjuangannya dalam menjunjung hak-hak wanita di Indonesia pada jamannya. Bahkan hari kelahirannya sengaja diperingati tiap tahunnya. Kartini merupakan sosok perempuan yang tidak kenal lelah dalam berjuang meski menempuh banyak tantangan oleh keluarga dan lingkungannya.
Beberapa fakta tentang sosok kartini di bawah ini merupakan hal yang harus kamu ketahui agar menambah wawasanmu mengenai beliau. Mengapa dan bagaimana kehidupannya saat ia dulu tengah berjuang diantara keterbatasan yang ia miliki.
Berikut 10 Fakta Menarik Seputar Raden Adjeng Kartini yang Perlu Diketahui
1. Merupakan Pahlawan yang Kontroversial
Perjuangan Raden Adjeng Kartini dapat diketahui bukan melalui bukti sejarah yang valid. Namun hanya lewat bukunya yang berjudul “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buku tersebut berisi surat-surat kartini yang disusun oleh J.H Abdendanon dalam Bahasa Belanda. Sebenarnya ada 150 surat di buku tersebut, tapi tidak semua ditampilkan karena banyak juga yang sifatnya sangat sensitif. Namun pada akhirnya buku tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan menampilkan 100 surat. Ada 53 surat yang ditujukan untuk sahabatnya, Rosa Abendanon dan suaminya. Perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah ini dianggap sebagai pahlawan kontroversial, karena para sejarahwan meragukan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Soalnya, tidak ada bukti surat-surat Kartini.
2. Mampu Berbahasa Belanda
Sebagai seorang wanita yang pada jamannya sangat sulit bersekkolah kartini sangatlah mahir dalam menggunakan Bahasa Belanda. Padahal ia hanya mengenyam pendidikan dasar di sekolah anak-anak Belanda dan bangsawan pribumi. Keahlian berbahasanya dia peroleh dari ketekunan dan keuletannya dalam membaca buku dan belajar melalui menulis surat.
3. Tidak Menyukai Feodal Jawa
Kartini merupakan keturunan bangsawan dari darah biru ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan Bupati Jepara. Ibunya, Ngasirah cuma seorang selir, karena berasal dari rakyat jelata. Menurut aturan feodal Jawa, ia wajib memanggil ibunya “Yu” yang berasal dari kata “Mbakyu” (kakak perempuan). Sedangkan, ibunya memanggil Kartini “Ndoro” (panggilan untuk bangsawan Jawa). Jika Ngasirah lewat di depan Kartini, ia harus berjalan membungkuk. Jika Kartini duduk di kursi, ibunya harus duduk di lantai. Kartini cuma boleh memanggil ibu kepada ibu tirinya, Raden Ayu Moeryam yang merupakan keturunan raja Madura. Karena aturan yang menurutnya tidak masuk akal itu ia sangat benci dengan tata cara hidup feodal jawa dan meninggalkan kebiasaan itu.
4. Sering di Bully di Sekolah serta Dikurung di Rumah
Walaupun keturunan bangsawan Kartini juga kerap menghadapi diskriminasi dan cemooh dari guru-guru Belanda. Ia dihina dan di bully karena merupakan bangsa berkulit cokelat. Selain itu meski berprestasi ia tidak akan pernah mendapatkan nilai yang baik. Kartini juga dipingit dan hanya dikurung di rumah untuk menunggu pria meminangnya. Namun ia terus saja belajar dan mengenal wawasan mengenai emansipasi wanita di Eropa.
5. Rela di Poligami Demi Ayahnya
Meski tidak senang dengan poligami yang terjadi pada ibunya, Kartini bahkan harus mengalami nasib yang serupa dengan ibunya, Karena keinginan ayahnya pada usianya 24 tahun, Kartini terpaksa bersedia dinikahi bangsawan yang memiliki dua selir, yaitu Bupati Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat. Soalnya, sang ayah ingin Kartini menikah, ditambah lagi kondisi kesehatan ayahnya sudah semakin memburuk.
6. Setuju Menikah Asal Bisa Berjuang untuk Perempuan
Persetujuannya untuk menikah ternyata tidak gratis. Meski bersedia dijodohkan asal ayahnya menyetujui sejumlah syarat. Yaitu, ia harus diperbolehkan mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan, diperbolehkan mengajar, dan boleh menggapai cita-citanya untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan. Kartini juga menolak ritual cium kaki suami yang merupakan aturan upacara pernikahan feodal Jawa. Ia menganggap tradisi itu merendahkan perempuan.
7. Sangat Dikagumi Oleh Istri Raden Adipati Djojo Adiningrat
Ternyata, Raden Adipati Djojo Adiningrat menikahi Kartini karena permintaan istrinya, Sukarmilah sebelum meninggal. Sukarmilah mengagumi Kartini dan pemikiran-pemikirannya. Makanya, ia berpesan kepada suaminya agar menikahi Kartini. Hal tersebut dilakukan agar anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang baik.
8. Seorang Pebisnis
Selain mendirikan sekolah Kartini juga punya jiwa bisnis dan mendirikan sebuah bengkel ukir kayu untuk para pemuda di Rembang. Usaha kayunya ini sangat sukses dan banyak membantu warga Jepara. Meski perempuan pada zamannya sangatlah terbatas pergerakannya namun Kartini membuktikan yang sebaliknya.
9. Museum Kartini Didirikan di Jepara
Karena banyak jasa dan perjuangannya di Jepara yaitu tempat kelahirannya didirikanlah Museum R.A Kartini yang didirikan pada 30 Maret 1975, di masa pemerintahan Soewarno Djojomardowo. Isi dari museum ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan Kartini sejak tinggal di Jepara.
10. Wafat di Usia Muda yaitu 25 Tahun Setelah Melahirkan
Meski banyak berjuang namun perjuangannya tidak bisa panjang karena ia meninggal di usia muda yaotu 25 tahun. Ia meninggal karena melahirkan. Dari hasil pernikahannya dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat, Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Itulah beberapa fakta tentang sosok Kartini, Terima kasih semoga bermanfaat.